Langsung ke konten utama

Apakah kamu tau?

Helaan napasku sebenarnya sederhana, hanya untuk menguatkan diri agar luka ditinggalkanmu tidak terasa begitu sakit lagi. Namun, nyatanya, semakin aku berusaha melupakanmu, semakin aku tidak bisa menerima perubahan yang terjadi di antara kita.

Malam itu, insiden salah pencet ternyata membuat kita begitu dekat. Kamu yang ternyata salah memencet huruf di Line-mu malah berbuntut pada percakapan kita hingga larut malam. Meskipun hanya melalui deretan huruf dan angka, entah mengapa kamu berhasil membuatku percaya bahwa cinta yang tulus itu masih ada. Kamu membuat aku sedikit demi sedikit meredam keegoisanku, biasanya aku selalu menuntut seseorang yang aku cintai untuk membalas pesanku hanya dalam hitungan detik. Tapi, denganmu, rasanya aku mulai bisa menerima kesibukan seseorang yang aku cintai.Sehari setelah insiden yang berakhir menyenangkan itu. Aku mencari tahu tentangmu dari semua sosial mediamu. Kita mungkin telah lama saling tahu, tapi tak ada yang berani memulai lebih dulu. Aku mengintip Instagram-mu. Dan, kulihat seorang pria yang atraktif serta energik, pria yang berhasil meraup perhatianku tanpa sisa.Setiap polah tingkahmu, membuatku mulai mengagumi semua karyamu. Aku jatuh cinta pada suaramendhok-mu. Aku jatuh cinta pada semangatmu. Aku jatuh cinta pada setiap gerak-gerik yang kamu tunjukan.  Aku jatuh cinta pada mata merahmu yang selalu terlalu lelah. Aku jatuh cinta pada caramu bercerita tentang buku kesekaanmu. Aku jatuh cinta, sayangnya kautidak.

Kamu berhasil memenjarakanku pada bayang-bayang yang aku buat sendiri. Ini bukan salahmu, jelas bukan salahmu, ini tentu salahku. Aku tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak mencintaimu. Kamu terlalu gemerlap buatku yang gelap. Sinaranmu terlalu terang untuk aku yang selalu gamang. Aku tidak bisa memaksa diriku sendiri untuk tidak mencari tahu tentangmu dan semakin aku tahu tentangmu-- semakin aku tidak ingin komunikasi kita terhenti secepat ini.Hampir setiap hari, kerjaanku mengintip Instagram-mu di sela-sela kesibukanku. Memang, hal ini hanya dilakukan oleh pengecut sepertiku, atau hanya dilakukan oleh gadis-gadis yang mencintai suara dan karyamu. Aku juga sadar diri, dibandingkan mereka yang jauh lebih sempurna, aku layaknya asap rokok yang terlihat hitungan detik, lalu segera hilang diburu angin. Aku pun sadar, rasanya tidak pantas jika gadis sepertiku berharap lebih dekat denganmu. Ya,walaupun aku tahu memang tak mungkin, tapisetidaknya aku ingin memperpanjang waktu berkenalan denganmu, meskipun mungkin semua akan berakhir sama yaitu-- menyakitkan.

Aku tidak berharap lebih, harapanku sebenarnya hanya ingin waktu berkenalan denganmu bisa lebih panjang. Karena kamu berhasil membuatku nyaman dan jika sehari tidak mendengar kabarmu, rasanya seperti aku sedang menjalani hari tanpa melibatkan jiwaku di dalamnya. Aku masih berharap bisa membaca setiap pesanmu, meskipun hanya sebatas tulisan. Aku masih berharap bisa membicarakan banyak hal tentang Jogjakartadan membicarakan hari-harimu yang menurutku terkesan begitu menyenangkan.Maafkan jika ini terasa berlebihan. Aku tidak peduli jika kamu menganggapku berdrama. Aku juga tidak peduli jika kamu menganggapku terlalu berlebihan. Aku tidak peduli jika kamu memilih menjauh setelah tahu bahwa aku cuma gadis bodoh yang selalu melibatkan perasaan dalam setiap peristiwa yang aku alami. Aku tidak peduli jikahilangnya percakapan kita sebagai akibat bahwa kamu hanya ingin kita berteman biasa.Mungkin, aku terlihat makin menyebalkan dengan sikapku yang berlebihan. Tapi, percayalah, sekarang aku dalam keadaan mulai mencintaimu, dan menerima kenyataan bahwa kita tak lagi sedekat dulu; cukup membuatku sekarat karena memikirkanmu. Dengarlah, bersamamu pun sudah cukup membuatku merasa ada, maka mengapa aku harus menuntutmu menjadi milikku seutuhnya?

Apakah kamu tahu betapa buramnya hari-hariku tanpamu? Apakah kamu paham betapa aku lelah membalas setiapchatdari pria-pria yang sebenarnya tidak menarik bagiku, tapi itu semua aku lakukan karena akuingin melupakanmu? Apakah kamu sadar, bahwa setiap aku membalaschatdari pria-pria itu, aku selalu berharap bisa menemukan pria yang sangat mirip denganmu. Aku berharap bisa menemukan dirimu dalam diri pria-pria yang berjuang keras mendekatiku. Sadarkah kamu, bahwa sebenarnya selama ini aku hanya menginginkanmu dalam hari-hariku?Apakah kamu tahu, aku masih berharap bahwa suatu saat kita bisa bertemu? Aku masih berharap bisa melewati jalan Solo bersamamu, melihat sekolah tempatkamu pernah mengenyam pendidikan, melewati kampusmu yang sudah terlihat dari jembatan layang, membicarakan apapun sambil menatap matamu, dan kita menghabiskan malam di Jogjakarta hingga tidak ada ruang di hatiku yang tersisa-- seutuhnya penuh untukmu.Apakah kamu tahu, aku sudah memilihmu sejak pertama kali kamu salah memencet huruf di-chatkita? Apakah kamu tahu, aku telah menjadikanmu satu-satunya ketika mungkin kamu hanya menjadikanku salah satunya? Apakah kamu tahu, aku masih menunggumu, menunggu pertemuan kita di Jogjakarta, menunggu segalanya yang mungkin tidak akan jadi nyata? Apakah kamu tahu, aku berharap Tuhan memutar ulang waktu, sehingga aku masih punya kesempatan untuk memperbaiki semua.

Beri aku kesempatan untuk menyanyikan cinta di telingamu. Beri aku kesempatan untuk menunjukan bahwa ketulusan itu masih ada. Beri aku kesempatan untuk memelukmu di bawah langit Jogja dan sekali lagi meyakinkanmu-- bahwa aku adalah penggemarmu nomor satu.



Rahmadita mu
Yang
Diam-diam;mendoakanmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

24 jam

Satu hari setelah perpisahan kita. Semua begitu berbeda. Entah mengapa meskipun aku belum benar-benar mengenalmu, sudah lahir saja rindu yang sulit kuatasi. Aku mencari-cari kamu dengan menggunakan apapun. Aku mengharapkan beritamu mampir walaupun sekadar cerita atau mitos semata. Kudengar, kamu sakit, ya? Cepat sembuh, ya. Maaf jika aku tak berperan aktif untuk menyembuhkan sakitmu, karena kamu telah memutuskan kebersamaan kita dan tak lagi ingin melihat aku dalam tatapan matamu. Aku bertanya-tanya, apa salahku? Untuk Cahaya Penunjukku, aku kebingungan melawan resah dan kangen. Aku berusaha tak memikirkan kamu dan kenangan-kenangan kita dulu, tapi semakin kulawan; semakin kauhadir dan melekat. Perpisahan harusnya tak terlalu menghasilkan sakit karena perkenalan kita belum terjalin begitu lama. Aku hanya menyesal, mengapa semua yang kupikir akan berakhir bahagia malah berakhir secepat itu? Satu helaan napasku memburu, kucuri kamu dalam otakku. Kamu tetaplah bayang-bayang, menghamburk...