Cinta tapi diam?
Atau diam-diam cinta?
Dua kalimat yang berbeda makna, namun sama-sama menyakitkan
Jujur atau sakit. Sungguh posisi yang menekan.
disela-sela waktu luangku,aku biasanya menggunakannya untuk mencarimu seperti apa yang aku lakukan siang itu.
aku berjalan dari kelasku menuju halaman depan.akupun menolak ajakan teman-temanku yang mengajakku ke berbagai tempat yang berbeda hanya demi engkau,Tuan :)
mencarimu kesana kemari dibawah pancaran sinar sang raja siang kala itu.
ternyata kau ada dihalaman belakang.aku mencari tempat yang bisa ku singgahi agar bisa mengamatimu tanpa kau tau keberadaanku saat itu.
ditemani sebotol minuman segar yang kubeli dikantin sebelum aku menemukanmu, aku berusaha menikmati moment itu.
mengamati kelakuanmu bersama teman-temanmu itu menyenangkan. aku sesekali tersenyum melihat kelakuanmu itu.kau tersenyum,tertawa terbahak-bahak,bahkan kau sempat jatuh dari kursi yang kau duduki. Ada-ada saja kelakuanmu yang mengundang senyumku. aku sempat tertawa kecil melihat polahmu yang pecicilan itu.
Dalam diamku aku memperhatikanmu,Tuan (:
ketika aku melangkahkan kakiku untuk beranjak, perasaan gugup mulai menghantui ku. bagaimana tidak, aku harus lewat didepanmu .
jantung ku berdebar lebih kencang dari biasanya
akupun melangkah perlahan.
ah,sungguh menyebalkan! sekujur tubuh ini kaku, menatapmu membuatku semakin tak berdaya.
hal yang yang selalu terjadi ketika bertemu denganmu adalah diam seribu bahasa. aku hanya bisa bungkam.
Ketika kedua insan Tuhan berpapasan, disaat itulah mulut terkunci. Hati hanya mampu berkata-kata dan disampaikannya lewat peluh yang mungkin tak kau rasakan.
Bungkam. Diam. Tak tahu apa yang harus diucap, tak tahu apa yang harus dilakukan.
Aku memang menyukai pertemuan ini, tapi aku juga membencinya. Aku membencinya ketika aku harus tidak menjadi diriku sendiri. Aku seperti terlihat bukan aku, karena kebungkaman, kebisuan, kesunyian. Mereka memaksaku melakukannya.
aku lebih suka memperhatikanmu dari kejauhan dari pada aku harus berpapasan langsung denganmu. pertemuan kita hanya akan membuat jantungku bekerja lebih cepat dari biasanya dan membuat paru paru ini rasanya menyempit menjadi sangat kecil. peluh yang bercucuran sedikit demi sedikit semakin membuatku membenci pertemuan langsung kita.
mencintaimu dalam diam bukanlah hal yang mudah,Tuan.
aku hanya bisa memendam perasaanku kepadamu seorang diri. Sendiri.
apapun dan bagaimanapun yang aku rasakan padamu hanya bisa aku simpan,aku kubur dalam-dalam.
mendengarmu menyukai wanita lain,apakah aku cemburu? Ya jelas saja aku cemburu. tapi, apa yang bisa aku lakukan?
apakah aku harus mendatangimu, memaksamu untuk tidak menyukai wanita lain?
hahahaha... itu sangat konyol.. mana mungkin aku melakukan itu
aku siapamu? pacar juga bukan!
aku hanyalah kecil,
aku hanyalah satu dari mereka yang bisa dekat denganmu. mereka yang bisa berbicara banyak denganmu,becanda tawa denganmu,mereka yang kau panggil namanya ketika mereka lewat didepanmu, bahkan seorang wanita yang bisa merebut hatimu.
tapi,bagaimana denganku?
aku hanyalah orang yang selalu memperhatikanmu secara sembunyi-sembunyi, yang hanya bisa mendengarkan pembicaraanmu dengan rekan-rekanmu tanpa tau apa yang sedang kalian bicarakan, yang hanya kau abaikan ketika aku melintas dihadapanmu , yang tak pernah terlintas dalam fikiranmu, tidak kau banyangkan sebelum tidur malammu,dan namamku yang tak terucapkan dalam do'a mu. bahkan aku bukanlah wanita yang bisa merebut hatimu.
sungguh Miris~~
Tuan, aku mencintaimu dalam diamku. mencintaimu dalam saja diam sudah membuatku "cukup" bahagia . bagaimana jika kau tau aku mencintaimu dan ternyata kau mempunyai rasa yang sama selama ini. pasti aku akan "lebih" bahagia :) ah, tapi aku tau itu hanyalah harapan semu (:
Di antara kebungkamanku, aku berharap ia mendengar sesuatu. Detak di sini. Ini begitu kencang dan keras. Kuharap dia mengerti bahwa suatu saat ketika kedua pasang mata ini berani bertatap, mata akan berbicara dan menerjemahkannya. Saat itulah semua dimulai, semoga batinnya tidak akan bungkam. Semoga dia bisa menyimpulkannya tentang perasaan bertemu sang pujaan.
aku sadar,
aku hanyalah tetesan embun, mana mungkin bisa mengalahkan hujan (:
Atau diam-diam cinta?
Dua kalimat yang berbeda makna, namun sama-sama menyakitkan
Jujur atau sakit. Sungguh posisi yang menekan.
disela-sela waktu luangku,aku biasanya menggunakannya untuk mencarimu seperti apa yang aku lakukan siang itu.
aku berjalan dari kelasku menuju halaman depan.akupun menolak ajakan teman-temanku yang mengajakku ke berbagai tempat yang berbeda hanya demi engkau,Tuan :)
mencarimu kesana kemari dibawah pancaran sinar sang raja siang kala itu.
ternyata kau ada dihalaman belakang.aku mencari tempat yang bisa ku singgahi agar bisa mengamatimu tanpa kau tau keberadaanku saat itu.
ditemani sebotol minuman segar yang kubeli dikantin sebelum aku menemukanmu, aku berusaha menikmati moment itu.
mengamati kelakuanmu bersama teman-temanmu itu menyenangkan. aku sesekali tersenyum melihat kelakuanmu itu.kau tersenyum,tertawa terbahak-bahak,bahkan kau sempat jatuh dari kursi yang kau duduki. Ada-ada saja kelakuanmu yang mengundang senyumku. aku sempat tertawa kecil melihat polahmu yang pecicilan itu.
Dalam diamku aku memperhatikanmu,Tuan (:
ketika aku melangkahkan kakiku untuk beranjak, perasaan gugup mulai menghantui ku. bagaimana tidak, aku harus lewat didepanmu .
jantung ku berdebar lebih kencang dari biasanya
akupun melangkah perlahan.
ah,sungguh menyebalkan! sekujur tubuh ini kaku, menatapmu membuatku semakin tak berdaya.
hal yang yang selalu terjadi ketika bertemu denganmu adalah diam seribu bahasa. aku hanya bisa bungkam.
Ketika kedua insan Tuhan berpapasan, disaat itulah mulut terkunci. Hati hanya mampu berkata-kata dan disampaikannya lewat peluh yang mungkin tak kau rasakan.
Bungkam. Diam. Tak tahu apa yang harus diucap, tak tahu apa yang harus dilakukan.
Aku memang menyukai pertemuan ini, tapi aku juga membencinya. Aku membencinya ketika aku harus tidak menjadi diriku sendiri. Aku seperti terlihat bukan aku, karena kebungkaman, kebisuan, kesunyian. Mereka memaksaku melakukannya.
aku lebih suka memperhatikanmu dari kejauhan dari pada aku harus berpapasan langsung denganmu. pertemuan kita hanya akan membuat jantungku bekerja lebih cepat dari biasanya dan membuat paru paru ini rasanya menyempit menjadi sangat kecil. peluh yang bercucuran sedikit demi sedikit semakin membuatku membenci pertemuan langsung kita.
mencintaimu dalam diam bukanlah hal yang mudah,Tuan.
aku hanya bisa memendam perasaanku kepadamu seorang diri. Sendiri.
apapun dan bagaimanapun yang aku rasakan padamu hanya bisa aku simpan,aku kubur dalam-dalam.
mendengarmu menyukai wanita lain,apakah aku cemburu? Ya jelas saja aku cemburu. tapi, apa yang bisa aku lakukan?
apakah aku harus mendatangimu, memaksamu untuk tidak menyukai wanita lain?
hahahaha... itu sangat konyol.. mana mungkin aku melakukan itu
aku siapamu? pacar juga bukan!
aku hanyalah kecil,
aku hanyalah satu dari mereka yang bisa dekat denganmu. mereka yang bisa berbicara banyak denganmu,becanda tawa denganmu,mereka yang kau panggil namanya ketika mereka lewat didepanmu, bahkan seorang wanita yang bisa merebut hatimu.
tapi,bagaimana denganku?
aku hanyalah orang yang selalu memperhatikanmu secara sembunyi-sembunyi, yang hanya bisa mendengarkan pembicaraanmu dengan rekan-rekanmu tanpa tau apa yang sedang kalian bicarakan, yang hanya kau abaikan ketika aku melintas dihadapanmu , yang tak pernah terlintas dalam fikiranmu, tidak kau banyangkan sebelum tidur malammu,dan namamku yang tak terucapkan dalam do'a mu. bahkan aku bukanlah wanita yang bisa merebut hatimu.
sungguh Miris~~
Tuan, aku mencintaimu dalam diamku. mencintaimu dalam saja diam sudah membuatku "cukup" bahagia . bagaimana jika kau tau aku mencintaimu dan ternyata kau mempunyai rasa yang sama selama ini. pasti aku akan "lebih" bahagia :) ah, tapi aku tau itu hanyalah harapan semu (:
Di antara kebungkamanku, aku berharap ia mendengar sesuatu. Detak di sini. Ini begitu kencang dan keras. Kuharap dia mengerti bahwa suatu saat ketika kedua pasang mata ini berani bertatap, mata akan berbicara dan menerjemahkannya. Saat itulah semua dimulai, semoga batinnya tidak akan bungkam. Semoga dia bisa menyimpulkannya tentang perasaan bertemu sang pujaan.
aku sadar,
aku hanyalah tetesan embun, mana mungkin bisa mengalahkan hujan (:
Komentar
Posting Komentar